“Buku merupakan jendela ilmu.”
Itulah semboyan setiap orang yang pernah menasehatiku. Guru, kakak, paman, ayah
bahkan ibu tak pernah lupa mengingatkan supaya rajin-rajin membaca. Entah
mengapa setiap kali aku disuruh membaca malah membuat akau semakin malas saja
membaca buku yang ada, bahkan kalau perlu buku tersebut aku buang jauh dari
hadapanku.
Orang yang lebih pengalaman tentunya
lebih hebat dan lebih lihai dalam memberi nasehat kepada kita. Dengan sabar dan
penuh perhatian mereka selalu mengajari betapa pentingnya sebuah buku, betapa
besar peran buku dalam memenemani sang ilmuan bahkan betapa berharganya sebuah
buku dalam melampiaskan kegelisahan. “Dengan secarik kertas yang aku ambil dari sebuah buku tulis milikku, aku bisa
membuat kisah sekolahku dan hal tersebut akan selalu aku ingat sebab dikala aku
lupa aku akan menengoknya kembali.” Sedikit lamunanku tertegun ketika mendengar
perkataan tersebut dari orang yang menasehatiku, dengan seketika aku langsung
terfikirkan jika tak ada buku berarti orang zaman sekarang akan sulit
mempelajari segala sesuatu yang telah ditemukan oleh pendahulu kita. Rosulullah
sendiri telah menganjurkan para sahabatnya supaya menulis firman Allah, dan hal
demikian dilakukan oleh sahabat dengan cara menuliskannya di tempat-tempat
seadanya entah itu batu ataupun pelapah kurma. Nah ternyata buku lahir dengan
tujuan mengabadikan ilmu-ilmu yang telah ada, kebayang tidak jika buku tidak
ada pasti mushaf Al-Qur’an bagaimana bentuknya? Subhanallah. Bagaimana si
aristoteles bisa menjadi orang yang dikenang oleh para pelajar jika ia tidak
mengabadikan ilmunya dalam sebuah buku.
Dari sinilah aku menjadi gemar
dengan buku, bahkan pacar pertamaku adalah buku. Kemanapun aku berada pasti tak
kan lepas dengan buku, apalagi saat-saat kritis yaitu saat menjelang ujian
pasti aku akan selalu memegang pacarku tersebut.
Yang membingunganku kali ini aku
seakan telah melupakan pacarku tersebut. Kecanggihan elektronik telah berhasil
menggoyahkan kesetiananku pada pacarku, sekarang aku semakin menjadi gak
karuan. Rasa cinta yang begitu dalam dengan sang pacar kini telah tergantikan
dengan gadget, awalnya sih pengen tidak dianggap gaptek sama teman-teman eh
ternyata malah aku ketagihan dengan fasilitas yang serba instan tersebut.
Ketika aku dapat kosa kata yang tak aku pahami aku larinya pasti kepacarku yang
bernama kamus bahasa asing, kubuka ia selembar demi selembar guna mendapatkan
kata yang aku incar. Kini aku tak perlu capek-capek menjamahi pacarku, dengan
modal ketikan halus pada gadgetku, kemudian menekan enter dengan seketika aku
langsung menemukan jawaban dari kata yang aku incar tersebut. Sekarang zaman
modern, zaman yang memudahkan kita dalam memenuhi dahaga akan ilmu yang kita
butuhkan, dari ilmu sains hingga ilmu khisab bahkan ilmu agamapun mudah kita
dapatkan dengan gadget. Tak kusangka kemajuan zaman membuat pacarku tersebut
tersingkirkan dari hadapanku, semakin lama semakin banyak ebook yang
bermunculan sehingga membuat pacarku benar-benar tinggal kenangan. Koran,
majalah, kamus bahasa asing, buku biologi, kimia, fisika, matematika bahkan
bukhori muslim dam Al-Qur’anpun sudah ada yang berbentuk ebook. Sebagai seorang
mahasiswa tentunya aku lebih menyukai gadget tersebut, banyak keuntungan yang
aku dapat. Selain hemat waktu sehingga bisa melakukan aktifitas lain juga bisa
memperirit uang bulanan, dari pada uang dibuat beli buku lebih baik digunakan
untuk keperluan lain misalnya ditabung buat modal usaha.
Kata orang cinta pertama
merupakan cinta yang sulit hilang. Hal inipun yang melandaku saat ini, semakin
aku menikmati gadged malah semakin membuat aku rindu dengan pacarku. Ketika aku
sedang asyik berduaan dengan gadgedku ternyata ada hal yang menggangguku, adakalanya
batre low dan adakalanya aku harus menjahui air sebab pacar baruku itu anti
banget sama air. Memang sih pacar pertamaku juga takut air tetapi tak setakut
pacar keduaku. Aku sering berduaan dengan pacar pertama di dekat air mancur,
bahkan tak lupa ketika aku bermain perahu aku juga mengajak pacar pertamaku.
Hal tersebut takkan pernah aku lupakan sebab aku begitu suka tempat yang tenang
untuk memahami isi hati pacarku, kebiasaanku itu tak bisa aku hilangkan itulah
sebabnya aku agak risih ketika harus berduaan dengan gadged selain dia tak mau
diajak ke sungai dia juga tak bisa jauh dari listrik, hee..hee... sebenarnya
sih dia tak pernah menolaknya tapi akunya yang kasihan jika terjadi sesuatu
pada gadget tersayangku.
Solusi yang aku ambil sekarang
adalah aku harus tetap memiliki pacar keduaku (gadget) supaya aku tidak
ketinggalan zaman. Apalagi kalau diskusi di kampus pasti dia tak terlupakan ada
di tasku. Dan di sisi lain aku pasti meluangkan waktu untuk berduaan dengan
pacar pertamaku (buku) supaya aku bisa dengan mudah memahami hal yang ingin aku
ketahui. Jadi kali ini aku punya dua pacar yang selalu menemaniku sesuai dengan
keahlian masing-masing pacarku. He...he...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar