Rabu, 08 Mei 2013

Makalah


Iman, Islam dan Ihsan
BAB I
I.             Pendahuluan
Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah pastilah tidak sia – sia begitu saja tentu ada sebuah hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh mereka. Hidup cuma sekali matipun sekali untuk itu setiap individu haruslah dapat memanfaatkan waktunya semasa hidup di dunia, manusia diciptakan untuk beriman dan beribadah kepada Allah dan hal ini sudah menjadi kewajiban bagi setiap individu yang ada sejak dilahirkan hingga mencapai ke liang lahat.
Kita semua tentu tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh manusia haruslah didasari dengan ilmu bila mereka menginginkan apa yang dilakukan tidak sia – sia. Oleh karenanya sebelum seseorang menjalankan iman, islam dan ihsan sebaiknya mengetahui akan ketiga hal tersebut, bila ketiga hal tersebut telah diketahui tentunya akan dengan mudah seseorang tersebut menjalankan iman, islam, dan ihsan seperti halnya sebelum kita menuju sebuah tempat terlebih dahulu kita harus mengetahui mana jalan yang harus kita laluhi supaya kita tidak tersesat menuju tujuan tersebut apabila memang belum mengetahui haerus menempuh jalan mana dan kita tetap harus menuju tempar tersebutkarena ada sesuatu yang pengting maka kita harus bertanya dengan seseorang, itu adalah sikap yang wajar yang dilakukan oleh manusia. Kali ini saya akan mencoba menjadi orang yang ditanyai demi membantu orang yang tersesat tentunya dalam kaitan penjelasan mengenai iman, islam dan ihsan.
II.          Rumusan masalah
a.)    Apakah iman, islam dan ihsan itu?
b.)    Bagaimana penjabarannya?
c.)    Bagaimana keadaan ketiga hal tersebut saat ini?



BAB II
I.             Pembahasan
A.           Pengertian Iman, Islam dan Ihsan
عن عمر بن الخطاب رضي الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال : فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه ,فإن لم تكن تراه فإنه يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل " قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل ؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم " رواه مسلم
Artinya:
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putihberambut sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkantangannya diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad,beritahukan kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat, berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar," kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya, kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak dapat melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab," Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya" Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya, jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan kepadamu tentang agama kepadamu"  [ H.R Muslim no. 8 ]
Dari hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa islam dan iman adalah dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syari’at. Namun terkadang, dalam pengertian syari’at, kata islam dipakai dengan makna iman dan sebaliknya. Ketiga hal tersebut sebenarnya merupakan hal yang amat penting dalam beribadah kepada Allah, tanpanya ibadah kita tak ada gunanya. Bila kita disuruh menjelaskan secara detail mengenahi hal tersebut pastinya semua tinta yang ada tak akan cukup untuk menuliskan penjelasan tersebut  dalam Alqur’anpun tidak cukup hanya satu surat untuk menjelaskan apakah sebenarnya iman itu, dimulai dari surat Al Baqoroh ayat 143, Al Anfal 2-4, surat An Nur 62 dan seterusnya.[1] Secara simpelnya dapat dimengerti bahwa iman adalah percaya, islam adalah perwujudan dari kepercayaan tersebut, ihsan adalah tindak lanjut dari keduanya bisa dibilang juga tingkatan ikhlas sepenuh hati dalam beribadah kepadaNYA.
B.            Perluasan Mengenai Konsep Iman, Islam dan Ihsan
Sebagai mana telah kita ketahui bahwa konsep iman, islam dan ihsan adalah berkelanjutan atau berkesinambungan, oleh karena itu apabila seseorang telah mencapai pada tahap yang pertama janganlah berhenti sampai situ tetapi harus dilanjutkan sampai tahap yang ke tiga yaitu ihsan. Konsep ihsan merupakan konsep kesejatian dalam beribadah kepada Allah SWT, orang yang sudah mencapai maqom ini saat melakukan ibadah tiada rasa pamrih entah itu demi mendapat pahala atau pujian dari teman sebaya yang ada hanyalah ikhlas untuk Allah tanpa menghiraukan akan mendapat pahala atau tidak.
Sekarang bagaimana caranya agar kita bisa mencapai maqom seperti ini tergantung pada sikap dan kepribadian kita masing - masing. Adapun beberapa tip dari pemakalah yaitu:
a.       Rasa takut dan harap
Berikut akan kami paparkan sebuah perkataan Al Ghazali (versi indonesia) yang insyaallah akan menjelaskan argumen kami mengenahi cara mencapai maqam tertinggi dalam ketiga hal di atas : “Rasa takut dan harap merupakan sebuah sayap yang dengan keduanya inilah orang – orang yang dekat dengan Allah terbang mencapai setiap maqam yang terpuji. Keduanya adalah kendaraan untuk melewati setiap rintangan berat dalam perjalanan menuju akhirat. Tidak ada yang bisa menuntun ke dekat Tuhan Yang Maha Pengasih – jika dia sendiri jauh dari jalur, berat beban, dan diliputi oleh hal – hal yang tidak disukai hati dan memberatkan anggota badan – kecuali secercah harapan. Tidak ada hal yang dapat menghalangi neraka jahim dan siksa yang pedih jika dia sendiri diliputi oleh berbagai syahwat dan kelezatan – kecuali cemeti ancaman. Karena itu, diperlukan penjelasan tentang hakikat kedua hal ini dan jalan untuk bisa menghimpun keduanya sekalipun keduanya merupakan dua hal yang kontradiktif.[2]
b.      Mengurangi berbuat dosa atau menekan hawa nafsu
Kita tentu telah mengetahui bahwa manusia diciptakan selain lengkap dengan akal juga diberi nafsu (rasa senang akan sesuatu) dimana bila sebuah nafsu dilakukan secara terus menerus tanpa adanya penekanan atau perlawanan dari kita maka kita termasuk orang – orang yang rugi. Adapun macam – macam hawa nafsu yang tertera dalam Al-Qur’an ada 7 tepatnya pada surat Ali Imron ayat 14 yaitu: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga). Ini adalah hal – hal yang perlu kita waspadahi jangan sampai kita terjerumus ke neraka hanya gara – gara menyenangi dan mengikuti hal – hal diatas.[3]
Menurut pemakalah cukup dua hal ini saja yang perlu dilakukan oleh muda mudi terutama manusia di zaman sekarang. Semisal dua saran diatas sudah terlaksana dengan cukup baik dijamin maqom Iman, Islam, dan Ihsan telah benar – benar difahami dan dijalankan dengan cukup baik, meskipun konsep yang ditawarkan oleh pemakalah kurang begitu lengkap dan sempurna tetapi itu tidak membuat perkara itu janggal untuk dilakukan.
C.            Studi Kasus
Kita tentu mengetahui bagaimana keadaan manusia zaman sekarang terutama muda – mudi. Mengapa yang disorot oleh pemakalah adalah muda – mudi kerena merekalah yang cenderung melupakan atau belum mengetahui bagaimana sebenarnya pelaksanaan dari iman, islam dan ihsan. Lihat saja para pemuda disekitar kita banyak yang melalaikan kewajiban bahkan banyak yang melarang pantangan agama hal ini disebabkan kekurang praktekan mereka akan konsep iman, islam dan ihsan. Banyk yang minum minuman keras ngakunya islam, tidak solat ngakunya islam, puasa males ngakunya islam, berzina ngakunya islam, perpelukan dengan yang bukan muhrim ngakunya islam, berduaan di tempat sepi (khalwat) ngakunya islam? Apa ini sebenarnya islam pada zaman sekarang ?
Pemakalah tidak memungkiri akan adanya muda – mudi yang tidak bersifat seperti demikian tetapi sangat jarang. Para pemuda mempunyai berbagai begron (latar belakang) tetapi anehnya yang dulunya jebolan pesantrenpun bisa tergiur dengan hal – hal yang tidak islami hanya gara – gara bergaul dengan anak yang bukan pesantren. Ibarat burung yang lepas dari sangkar, itulah alasan mereka yang melakukan demikian. Dulu sewaktu di pesantren mau begini begitu tidak boleh kini setelah keluar mau bertindak sesukanya, Astagfirullah semoga hal yang demikian tidak terjadi pada para pembaca sekalian. Kalu pemakalah boleh bilang hal yang demikian telah disebutkan kok bisa terjadi karena mereka belum mempraktekkan konsep ihsan dalam hidup jadi mereka hanya sekedar mempraktekkan konsep iman dan berhenti pada konsep islam sehingga mereka sampai – sampainya berbuat yang demikian. Allah maha pengampun atas segala dosa, inilah dalil yang sering terucap dari mulut para pelaku.
Sebenarnya apabila konsep ihsan sudah tertancap pada diri masing – masing orang islam tentunya kesejahteraanlah yang bakalan muncul dalam masyarakat dan keikhlasanlah yang muncul dalam beribadah pada Tuhan Yang Maha Esa, dengan modal menjalankan ketiga konsep ini dalam kehidupan sehari – hari pastilah tak ada orang yang berani berbuat maksiat apalagi murtad. Yakin dengan adanya Tuhan dan segala kehendaknyalah merupakan modal utama orang islam dalam sukses kehidupan baik dunia maupun akhirat. Satu hal lagi yang perlu diketahui bahwa dengan orang percaya dan cinta kepada Allah dan Rosulnya seseorang tersebut akan mendapatkan manisnya iman, adapun secara lengkapnya bisa menyimak hadits berikut:
صحيح البخاري - (ج 1 / ص 26 (
15 - حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ

Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw bersabda tiga hal seseorang akan memperoleh manisnya iman; ketika seorang hamba menjadikan Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya, ketia ia mencintai seseorang hanya karena Allah, dan ketika ia membenci untuk kembali kepada kekufuran sebagaimana ia benci akan dicampakkan ke dalam neraka.

II.          Penutup
Demikianlah penjelasan dari pemakalah mengenahi iman, islam dan ihsan bila ada hal yang bisa diambil manfaat maka jangan segan segan mengambil manfaat darinya bila merasa kurang puas denganm penjelasan tersebut para pembaca bisa mempelajari sendiri dalam referensi yang kami tampilkan. Tentunya pasti ada kekurangan dari makalah yang dipapakarkan oleh pemakalah untuk itu pemakalah memohon maaf atas segala kesalahan dan kekeliruan yang ada dalam makalah ini.















Daftar Kepustakaan
Hawwa,Sa’id, Intisari Ihya’ Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa, Jakarta: Robbani Press, 2005.
Mahali, A. Mudjab, Konsepsi Manusia Sempurna Kajian Tentang Iman, Islam, dan Ihsan, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1987.
Muhammad, Al alamah Jalaludin dan Jalaludin Abdurrahman, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Surabaya: Darul Ilmi, ttb.
Efendi , Sofyan, HaditsWeb disusun sejak tanggal 27 Maret 2006.



[1] A. Mudjab Mahali, Konsepsi Manusia Sempurna Kajian Tentang Iman, Islam, dan Ihsan, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1987, hlm. 37-46
[2] Sa’id Hawwa, Intisari Ihya’ Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa, Jakarta: Robbani Press, 2005, hlm. 342
[3] Al alamah Jalaludin Muhammad dan Jalaludin Abdurrahman, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim, Surabaya: Darul Ilmi, hlm. 48

Tidak ada komentar: