Sabtu, 08 Juni 2013

Dunia Malam Daerah Istimewa

Dunia Malam Daerah Istimewa
Kota pelajar, itulah sebutan yang biasanya terlontar untuk daerah istimewa ini. Siang hari, setiap jalan di kota tersebut selalu dipenuhi berbagai macam kendaraan. Mobil, motor, sepeda, becak bahkan bentor pun ada. Setiap daerah terasa dipenuhi oleh manusia yang haus ilmu, berterbaran di Yogyakarta ini.
Jalan Taman Siswa selalu diramaikan dengan pengendara berlalu lalang kini terlihat sepi tanpa adanya kemacetan. Tepat pukul 00.15 WIB (06/05) jalan tersebut seperti daerah desa yang sepi dari penduduk, hanya ada beberapa orang yang asyik dengan kegiatan mereka. Memilok tembok dengan bantuan imajinasi asyik dilakukan mereka. Secara bergantian mereka memegang kaleng berisi cairan warna, sambil menuangkan imajinasi dengan semprotan. Mulai dari semprotan kecil hingga semprotan yang terlihat ngawur. Sedikit demi sedikit hasil mereka semakin nampak jelas, tulisan ala anak pank pun berhasil mereka goreskan di dinding dekat pom bensin di jalan tersebut.
Semakin malam semakin asyik menyusuri daerah istimewa ini. Perjalanan dilanjutkan menuju UIN Sunan Kali Jaga. Dinginnya malam tak menyurutkan niat untuk melakukan pengamatan, belokan demi belokan pun berhasil disusuri. Di depan mata nampak sebuah rel yang terbentang. Nampak gelap sih, tapi tak menyulutkan niat. Daerah pinggiran rel tersebut serasa sebagai tempat yang asyik buat nongkrong. Entah perbincangan macam apa yang dilakukan hingga berhasil membuat mereka tertawa terbahak-bahak. Banyak kelompok-kelompok kecil nampak riang di bawah sinar bulan ini. Sebetulnya bulan tidak begitu memunculkan wajahnya, tetapi tetap saja golongan muda ini tak terhentikan niatnya untuk bercanda dan bergurau sampai larut malam. Bintang bertebaran di langit, cahaya bulan yang bersinar redup disertai enggannya angin kencang muncul membuat malam semakin nikmat. Malam begitu sunyi dari kendaraan tetapi begitu ramai bagi masing-masing kelompok kecil di sepanjang rel.
Semakin menelusuri sang malam semakin banyak pula hal yang menarik perhatian. Lain ladang lain belalang, lain tempat lain kejadian. Jika sepanjang rel dipenuhi gerombolan kawan, kali ini Alkid (alun-alun kidul/selatan) masih nampak ramai dengan pasangan muda-mudi. Ada yang berduaan di bawah pohon, di bangku warung bahkan ada pula yang asyik-asyikan tepat di pinggir jalan. Entah apa yang terfikirkan oleh mereka, dunia seakan milik berdua dan yang lainnya ngontrak. Tepat 50 meter dari mereka nampak sesosok wanita. Ia tidur di Pinggiran toko sambil beralas dan berselimutkan koran bekas, amat nikmat terlihat. Tanpa menghiraukan orang yang berlalu lalang ia tetap terlelap, meski suara dengungan motor sedang melewati mereka. Agak jauh sedikit nampak tukang becak yang asyik tidur di kendaraannya, tak peduli dengan orang disekitarnya. Capek akibat aktifitas dipagi hari kini terbayarkan dengan tidur di tempat seadanya. Laju motor kini musti terhenti pada sebuah masjid besar, Al-munawwir. Masjid pondok ini tak begitu jauh dari Alkid, tinggal melaju menuju selatan Alkid pasti akan ketemu dengan masjid nan indah ini.
“Kang IL” begitulah ia disapa oleh teman-temannya. Anak asal Banyuwangi ini sedang asyik dengan Al-Qur’annya di Pojokan Masjid Krapyak Yogyakarta. Tak menghiraukan sunyinya malam ia tetap memperlancar hafalannya, ayat demi ayat ia lantunkan secara perlahan hingga banyak halaman ia habiskan. Al-Qur’an kecil tersebut telah menjadi saksi jeripayah ia menghafal. Sedikit demi sedikit ia rangkai tiap ayat. Kini telah berhasil 30 juz sudah ia kantongi di memorinya. Tak mengenal lelah sehabis kuliah, tak mengenal pusing karena skripsi, ia begitu telaten dalam memperlancar hafalannya. Sebentar lagi khataman Al-Munawwir akan dilangsungkan. Kang IL selalu meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman kesayangannya tersebut, Al-Qur’an kecil. Calon khotimin memang dituntut untuk mengikuti tes yaitu berani membaca Al-Qur’an secara bil ghaib (hafalan), kalu bisa diharuskan 30 juz terbaca semua, tetapi kalau memang belum lancar akan ada dispensasi. Calon khotimin adalah mereka yang telah setoran (ngaji) 30 juz bil ghoib dengan KH. R. M. Najib Abdl Qodir pengasuh komplek Huffad 1 Al-Munawwir.
Dari detik berganti menit, dari menit berganti jam, Kang IL tetap saja tidak beranjak dari tempat semula. Kalau anak muda lain asyik dengan nongkrong dan berduan dengan sang kekasih kali ini Kang IL begitu asyik dengan Qur’an kecilnya. Suara kecilnya tidak mengganggu teman yang lain, begitu merdu ia melantunkan kalamullah itu, dan begitu jelasnya ayat per ayat ia lafalkan. Suara yang mendayu-dayu membuat siapaun pendengarnya akan jatuh hati, bahkan akan meninabobokkannya. Di lantai satu masjid tersebut hanya nampak Kang IL lah yang memunculkan tanda-tanda kehidupan. Di saat yang lain asyik dengan tidurnya Kang IL asyik dengan Qur’an kecilnya.

Begitu asyik orang-orang menikmati malamnya kota Yogyakarta. Bermacam-macam pula kegiatan yang dilakaukan mereka. Memang kota istimewa ini tiada bandingnya. Zaman semakin lari ke depan, tetap saja masih ada sosok Kang IL yang mau bersusah payah dalam meraih ridhoNya. Melaksanakan tanggung jawab besar yaitu menjaga kalam Illahi. Jalan-jalan malam ini harus berakhir di sebuah Masjid tiga lantai ini, masjid besar yang tidak akan pernah sepi selama 24 jam.