Dunia
Malam Daerah Istimewa
Kota pelajar,
itulah sebutan yang biasanya terlontar untuk daerah istimewa ini. Siang hari,
setiap jalan di kota tersebut selalu dipenuhi berbagai macam kendaraan. Mobil,
motor, sepeda, becak bahkan bentor pun ada. Setiap daerah terasa dipenuhi oleh
manusia yang haus ilmu, berterbaran di Yogyakarta ini.
Jalan Taman Siswa
selalu diramaikan dengan pengendara berlalu lalang kini terlihat sepi tanpa
adanya kemacetan. Tepat pukul 00.15 WIB (06/05) jalan tersebut seperti daerah
desa yang sepi dari penduduk, hanya ada beberapa orang yang asyik dengan
kegiatan mereka. Memilok tembok dengan bantuan imajinasi asyik dilakukan
mereka. Secara bergantian mereka memegang kaleng berisi cairan warna, sambil
menuangkan imajinasi dengan semprotan. Mulai dari semprotan kecil hingga
semprotan yang terlihat ngawur. Sedikit demi sedikit hasil mereka
semakin nampak jelas, tulisan ala anak pank pun berhasil mereka goreskan di
dinding dekat pom bensin di jalan tersebut.
Semakin malam
semakin asyik menyusuri daerah istimewa ini. Perjalanan dilanjutkan menuju UIN
Sunan Kali Jaga. Dinginnya malam tak menyurutkan niat untuk melakukan
pengamatan, belokan demi belokan pun berhasil disusuri. Di depan mata nampak
sebuah rel yang terbentang. Nampak gelap sih, tapi tak menyulutkan niat. Daerah
pinggiran rel tersebut serasa sebagai tempat yang asyik buat nongkrong. Entah
perbincangan macam apa yang dilakukan hingga berhasil membuat mereka tertawa
terbahak-bahak. Banyak kelompok-kelompok kecil nampak riang di bawah sinar bulan
ini. Sebetulnya bulan tidak begitu memunculkan wajahnya, tetapi tetap saja
golongan muda ini tak terhentikan niatnya untuk bercanda dan bergurau sampai
larut malam. Bintang bertebaran di langit, cahaya bulan yang bersinar redup
disertai enggannya angin kencang muncul membuat malam semakin nikmat. Malam
begitu sunyi dari kendaraan tetapi begitu ramai bagi masing-masing kelompok
kecil di sepanjang rel.
Semakin
menelusuri sang malam semakin banyak pula hal yang menarik perhatian. Lain
ladang lain belalang, lain tempat lain kejadian. Jika sepanjang rel dipenuhi
gerombolan kawan, kali ini Alkid (alun-alun kidul/selatan) masih nampak ramai
dengan pasangan muda-mudi. Ada yang berduaan di bawah pohon, di bangku warung
bahkan ada pula yang asyik-asyikan tepat di pinggir jalan. Entah apa yang
terfikirkan oleh mereka, dunia seakan milik berdua dan yang lainnya ngontrak.
Tepat 50 meter dari mereka nampak sesosok wanita. Ia tidur di Pinggiran toko
sambil beralas dan berselimutkan koran bekas, amat nikmat terlihat. Tanpa
menghiraukan orang yang berlalu lalang ia tetap terlelap, meski suara dengungan
motor sedang melewati mereka. Agak jauh sedikit nampak tukang becak yang asyik
tidur di kendaraannya, tak peduli dengan orang disekitarnya. Capek akibat
aktifitas dipagi hari kini terbayarkan dengan tidur di tempat seadanya. Laju motor
kini musti terhenti pada sebuah masjid besar, Al-munawwir. Masjid pondok ini
tak begitu jauh dari Alkid, tinggal melaju menuju selatan Alkid pasti akan
ketemu dengan masjid nan indah ini.
“Kang IL”
begitulah ia disapa oleh teman-temannya. Anak asal Banyuwangi ini sedang asyik
dengan Al-Qur’annya di Pojokan Masjid Krapyak Yogyakarta. Tak menghiraukan
sunyinya malam ia tetap memperlancar hafalannya, ayat demi ayat ia lantunkan
secara perlahan hingga banyak halaman ia habiskan. Al-Qur’an kecil tersebut
telah menjadi saksi jeripayah ia menghafal. Sedikit demi sedikit ia rangkai
tiap ayat. Kini telah berhasil 30 juz sudah ia kantongi di memorinya. Tak
mengenal lelah sehabis kuliah, tak mengenal pusing karena skripsi, ia begitu telaten
dalam memperlancar hafalannya. Sebentar lagi khataman Al-Munawwir akan
dilangsungkan. Kang IL selalu meluangkan waktu untuk bertemu dengan teman
kesayangannya tersebut, Al-Qur’an kecil. Calon khotimin memang dituntut untuk
mengikuti tes yaitu berani membaca Al-Qur’an secara bil ghaib (hafalan),
kalu bisa diharuskan 30 juz terbaca semua, tetapi kalau memang belum lancar
akan ada dispensasi. Calon khotimin adalah mereka yang telah setoran (ngaji) 30
juz bil ghoib dengan KH. R. M. Najib Abdl Qodir pengasuh komplek Huffad
1 Al-Munawwir.
Dari detik
berganti menit, dari menit berganti jam, Kang IL tetap saja tidak beranjak dari
tempat semula. Kalau anak muda lain asyik dengan nongkrong dan berduan dengan
sang kekasih kali ini Kang IL begitu asyik dengan Qur’an kecilnya. Suara
kecilnya tidak mengganggu teman yang lain, begitu merdu ia melantunkan
kalamullah itu, dan begitu jelasnya ayat per ayat ia lafalkan. Suara yang
mendayu-dayu membuat siapaun pendengarnya akan jatuh hati, bahkan akan
meninabobokkannya. Di lantai satu masjid tersebut hanya nampak Kang IL lah yang
memunculkan tanda-tanda kehidupan. Di saat yang lain asyik dengan tidurnya Kang
IL asyik dengan Qur’an kecilnya.
Begitu asyik
orang-orang menikmati malamnya kota Yogyakarta. Bermacam-macam pula kegiatan
yang dilakaukan mereka. Memang kota istimewa ini tiada bandingnya. Zaman
semakin lari ke depan, tetap saja masih ada sosok Kang IL yang mau bersusah
payah dalam meraih ridhoNya. Melaksanakan tanggung jawab besar yaitu menjaga
kalam Illahi. Jalan-jalan malam ini harus berakhir di sebuah Masjid tiga lantai
ini, masjid besar yang tidak akan pernah sepi selama 24 jam.