Jumat, 13 September 2013

Santri Anti Galau

Santri Anti Galau
Tok..tok..., suara pintu kamar diketuk. Begitu pintu membuka, nampak hadir di depan Budi seorang teman yang telah rapi. Sya’ron, teman budi berpamitan ingin pergi. Tidak seperti biasanya, kali ini semua pakaian yang ada dilemarinyapun ikut dikemas dalam sebuah koper besar. Budi yang sedari tadi tiduran kini mulai beranjak dari tempatnya, ia seakan tidak percaya jika temannya itu ingin pergi meninggalannya. Teman seangkatan masuk sebuah pondok pesantren kini musti boyong lebih dulu. Patner ngantri ngaji kini telah berpamitan untuk menuju persinggahan yang lain. Budi hanya bisa terdiam, tak mengeluarkan kata apapun selain bertanya “apakah hal ini benar, tidak mimpikan?”. “Benar, ini tidak mimpi. Aku akan pindah ke luar jawa.” Jawab singkat Sya’ron.
Budi merupakan salah seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Selain berstatus sebagai mahasiswa ia juga berstatus sebagai santri, tepatnya santri PonPes Almunawwir Krapyak Yogyakarta. Madrasah Huffad 1 merupakan komplek yang ditempati Sya’ron dan Budi. Mereka berdua sudah dua tahun berada di PonPes tersebut. Dalam dua tahun tersebut, banyak hal yang telah dilalui mereka dalam proses menghafal Al-qur’an. Khatam 30 juz merupakan target mereka berdua, sayangnya budi kalah cepat dalam mencapi target. Sya’ron yang kesehariannya dihabiskan di pondok, membuat ia lebih cepat mengkhatamkan Al-Qur’an ketimbang budi. Sya’ron merupakan salah satu mahasiswa Ma’had Ally Almunawwir.
Aktifitas Budi sebagai mahasiswa UIN, mengharuskan Budi untuk membagi waktu antara berada di PonPes dengan berada di kampus. Jarak kampus Budi dengan PonPes lumayan jauh, berbeda dengan Sya’ron. Ma’had Ally merupakan semacam kelas pengkajian kitab-kitab kuning secara mendalam, selain itu juga mempelajari katab-kitab tebal di PonPes. Inilah yang membedakan mereka. Meski Sya’ron berstatus mahasiswa tetapi tetap saja mahasiswa yang masih belajar dalam satu naungan PonPes sedangkan Budi merupakan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, yaitu lembaga yang berbeda dengan PonPes Almunawwir.
Sehari setelah kepergian Sya’ron, Budi baru mengetahui bahwa temanya itu pindah ke                 Maroko, itu pun berkat informasi yang diberikan oleh teman sekamar Sya’ron. Sya’ron memang jarang bercerita banyak dengan Budi. Teman Budi yang satu ini merupakan teman yang nampak berbeda dengan yang lainnya. Sedikit bicara banyak bertindak, inilah yang seakan menjadi semboyan Sya’ron. Seorang teman yang telah menjabat sebagai seksi pendidikan ini sering kali mengajak teman-teman yang lain untuk ngantri ngaji. Berangkat awal dan pulang paling akhir senantiasa menjadi ciri khas Sya’ron, sampai-sampai banyak kalangan santri yang menyebutnya sebagai santri anti galau. Tiap santri hanya bisa bertahan beberapa jam dalam menghafal, berbeda dengan Sya’ron, ia bisa sampai berjam-jam.
Dalam hati Budi hanya bisa menyesal dan merasa betapa ruginya ia. Waktu dua tahun ternyata  bisa membuat temannya khatam sedangkan ia 10 juz pun belum lancar. Berbeda semangat memang membuat jarak yang berbeda antara mereka. Santri anti galau itu senantiasa menghabiskan waktunya dengan mushaf, sedangkan budi hanya bisa menghabiskan waktunya dengan laptop maupun HP, mushaf hanya dipegang beberapa jam dalam tiap harinya. Pernah suatu hari budi mencoba meniru Sya’ron, yaitu ngaji  berjam-jam dalam sehari ternyata tidak genap satu minggu budi tidak bisa bertahan. Istiqomah santri anti galau memang patut diacungi jempol oleh Budi. Hal yang dilakukan Sya’ron selama dua tahun itu terbayarkan beserta bunganya. Kini Sya’ron telah terbang menuju Maroko untuk melanjutkan studi sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa dari negara dan asyiknya kini juga ia telah berhasil khatam 30 juz sesuai dengan mimpinya.
3Byhq

Yogyakarta, 13-09-13

Tidak ada komentar: