Rabu, 18 September 2013

Galau

Galau
Sebut saja namanya Joko. Sebenarnya nama lengkapnya Jonatan Wibaskoro tetapi teman-teman sebayanya sering memanggil dengan panggilan akrab Joko. Joko ini pemuda yang berusia 19 tahun, sudah setahun ini ia tidak melanjutkan studynya ke jenjang perkuliahan. Bukan karena ekonomi yang tak memadahi tetapi memang karena belum punya niatan untuk terus maju mencari tambahan nama menjadi S.Pd atau pun S yang lainnya.
Hari demi hari joko lalui dengan berada di rumah. Ia tak perlu mencari kesibukan lain karena orang tuanya mempunyai sebuah peternakan ayam dan kolam ikan yang siap ia kelola. Tiap pagi joko selalu memberi makan ayam dan ikannya, kemudian sedikit membersihkan lingkungan sekitar kandang dan kolam, tepat pukul 09.00 WIB biasanya joko beristirahat. Sembari ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok, joko duduk-duduk di depan komputernya, jari-jemarinyapun asyik bergoyang kesana kemari di atas keybort. Setelah sejam berlalu, pasti joko akan menghentikan kebiasaannya tersebut kemudian sarapan dan membersihkan diri. Tepat pukul 11.30 WIB biasanya joko sudah selesai melakukan aktifitas paginya.
Hari ini nampak tak seperti biasanya, Joko terus terdiam dalam kamar sejak subuh tadi, bukan karena sakit ataupun ada kesibukan yang lain. Kemarin merupakan hari dimana Joko musti merayakan hari jadinya dengan sang pujaan hati, begitu joko sudah bertemu dengan pujaan hatinya bukan kesenangan yang didapat tetapi kebalikannya. Sang pujaan hati joko mengatakan padanya bahwa ia sudah dilamar orang dan akan segera menikah. Rani sebenarnya sudah menolak tetapi kedua orang tuanya memaksanya, bahkan sudah menerima lamaran dari Pak lurah. Dengan berat hati Rani musti mengikuti keinginan orang tuanya. Hati joko seakan remuk, hancur berkeping-keping, seolah tidak ada gunanya lagi ia hidup.
Sudah seharian ini joko tidak berbicara dengan seisi rumah, hanya terdiam di dalam kamar. Dalam kesendiriannya joko menulis sebuah luapan perasaannya di atas secarik kertas.
Hidup..., untuk apa manusia ini hidup? Hidup manusia tak selamanya sesuai apa yang diinginkannya kan?
Hancur..., hati manusia ini telah hancur? Apa mungkin hati yang kokoh ini bisa hancur hanya dengan begini?
Suram..., masa depan manusia ini suram? Masak sih ia, manusia ini akan suram hidupnya?”
Seusai menulis itu semua, joko kemudian melipat kertas tersebut menjadi beberapa. Lipatan kertas tersebut lalu ia masukkan dalam sebuah buku, tapat disebelah buku tersebut ada Al-Qur’an tarjamah. Joko mengambil kitab suci tersebut, seakan sudah disetting, begitu awal membuka, yang  pertama ia baca adalah surat ad-dzariyat ayat 56. Seketika itu pula joko membaca artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Hati joko seakan menemukan obat pelipur lara. Kemudian joko sengaja membuka lebaran yang lain, kali ini ia menemukan surat Annisa’. Ayat pertanya surat tersebut menjadi obat hati yang kedua, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
“mungkin inilah yang dinamakan belum jodoh.” Itulah ungkapan hati joko sesaat setelah menyelesaikan membaca ayat tersebut.
Keesokan harinya joko kembali segar, senyum bahagianya kini memenuhi setiap sudut rumahnya. Aktifitas pagi yang selalu ia kerjakan tiap hari kini sudah terselelsaikan, bahkan lebih awal dari biasanya. Hati joko semakin bertambah riang ketika novel buatannya sudah diselesaikan. Novel yang setahun terakhir ini ia geluti bersama sebuah komputer butut kini telah ia tawarkan ke penerbit lokal. Alahkan beruntungnya joko, penerbit tersebut amat menyukai novelnya, cerita cintanya yang begitu menyentuh membuat air mata sang penerbit menetes, alur cerita yang begitu runtut, gaya bahasa yang enak difahami, bahkan penggambaran tokoh-tokoh yang jelas dan pesan-pesan yang begitu bijak muncul dalam novel tersebut.
Dengan hasil terbitan novelnya itu joko mendaftar kuliah di salah satu universitas negeri di daerahnya. Ia mengambil jurusan bahasa dan sastra indonesia. Begitu pertama kali masuk kuliah ia melihat sesosok makhluk yang beda dengan yang lainnya. Tutur kata yang lembut, tubuh sedang, senyum manisnya yang membuat setiap orang kagum dan yang membuat joko menganggap ia benar-benar beda adalah wanita tersebut dapat membuat joko semangat kuliah.
3Byhq
Yogyakarta, 15-09-2013


Tidak ada komentar: