Galau
Sebut
saja namanya Joko. Sebenarnya nama lengkapnya Jonatan Wibaskoro tetapi
teman-teman sebayanya sering memanggil dengan panggilan akrab Joko. Joko ini
pemuda yang berusia 19 tahun, sudah setahun ini ia tidak melanjutkan studynya
ke jenjang perkuliahan. Bukan karena ekonomi yang tak memadahi tetapi memang
karena belum punya niatan untuk terus maju mencari tambahan nama menjadi S.Pd
atau pun S yang lainnya.
Hari
demi hari joko lalui dengan berada di rumah. Ia tak perlu mencari kesibukan
lain karena orang tuanya mempunyai sebuah peternakan ayam dan kolam ikan yang
siap ia kelola. Tiap pagi joko selalu memberi makan ayam dan ikannya, kemudian
sedikit membersihkan lingkungan sekitar kandang dan kolam, tepat pukul 09.00
WIB biasanya joko beristirahat. Sembari ditemani secangkir kopi dan sebungkus
rokok, joko duduk-duduk di depan komputernya, jari-jemarinyapun asyik bergoyang
kesana kemari di atas keybort. Setelah sejam berlalu, pasti joko akan
menghentikan kebiasaannya tersebut kemudian sarapan dan membersihkan diri.
Tepat pukul 11.30 WIB biasanya joko sudah selesai melakukan aktifitas paginya.
Hari
ini nampak tak seperti biasanya, Joko terus terdiam dalam kamar sejak subuh
tadi, bukan karena sakit ataupun ada kesibukan yang lain. Kemarin merupakan hari
dimana Joko musti merayakan hari jadinya dengan sang pujaan hati, begitu joko
sudah bertemu dengan pujaan hatinya bukan kesenangan yang didapat tetapi
kebalikannya. Sang pujaan hati joko mengatakan padanya bahwa ia sudah dilamar
orang dan akan segera menikah. Rani sebenarnya sudah menolak tetapi kedua orang
tuanya memaksanya, bahkan sudah menerima lamaran dari Pak lurah. Dengan berat
hati Rani musti mengikuti keinginan orang tuanya. Hati joko seakan remuk,
hancur berkeping-keping, seolah tidak ada gunanya lagi ia hidup.
Sudah
seharian ini joko tidak berbicara dengan seisi rumah, hanya terdiam di dalam
kamar. Dalam kesendiriannya joko menulis sebuah luapan perasaannya di atas
secarik kertas.
“Hidup..., untuk apa manusia
ini hidup? Hidup manusia tak selamanya sesuai apa yang diinginkannya kan?
Hancur..., hati manusia ini
telah hancur? Apa mungkin hati yang kokoh ini bisa hancur hanya dengan begini?
Suram..., masa depan manusia
ini suram? Masak sih ia, manusia ini akan suram hidupnya?”
Seusai
menulis itu semua, joko kemudian melipat kertas tersebut menjadi beberapa.
Lipatan kertas tersebut lalu ia masukkan dalam sebuah buku, tapat disebelah
buku tersebut ada Al-Qur’an tarjamah. Joko mengambil kitab suci tersebut,
seakan sudah disetting, begitu awal membuka, yang pertama ia baca adalah surat ad-dzariyat ayat
56. Seketika itu pula joko membaca artinya “Dan Aku
tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Hati
joko seakan menemukan obat pelipur lara. Kemudian joko sengaja membuka lebaran
yang lain, kali ini ia menemukan surat Annisa’. Ayat pertanya surat tersebut
menjadi obat hati yang kedua, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada
Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah
menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan
laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah)
hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
“mungkin
inilah yang dinamakan belum jodoh.” Itulah ungkapan hati joko sesaat setelah
menyelesaikan membaca ayat tersebut.
Keesokan
harinya joko kembali segar, senyum bahagianya kini memenuhi setiap sudut
rumahnya. Aktifitas pagi yang selalu ia kerjakan tiap hari kini sudah
terselelsaikan, bahkan lebih awal dari biasanya. Hati joko semakin bertambah
riang ketika novel buatannya sudah diselesaikan. Novel yang setahun terakhir
ini ia geluti bersama sebuah komputer butut kini telah ia tawarkan ke penerbit
lokal. Alahkan beruntungnya joko, penerbit tersebut amat menyukai novelnya,
cerita cintanya yang begitu menyentuh membuat air mata sang penerbit menetes,
alur cerita yang begitu runtut, gaya bahasa yang enak difahami, bahkan penggambaran
tokoh-tokoh yang jelas dan pesan-pesan yang begitu bijak muncul dalam novel
tersebut.
Dengan
hasil terbitan novelnya itu joko mendaftar kuliah di salah satu universitas
negeri di daerahnya. Ia mengambil jurusan bahasa dan sastra indonesia. Begitu
pertama kali masuk kuliah ia melihat sesosok makhluk yang beda dengan yang
lainnya. Tutur kata yang lembut, tubuh sedang, senyum manisnya yang membuat
setiap orang kagum dan yang membuat joko menganggap ia benar-benar beda adalah
wanita tersebut dapat membuat joko semangat kuliah.
3Byhq
Yogyakarta, 15-09-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar