Mujahadah
33 Santri
Selasa
wage, inilah rutinitas Madrasah Huffad dalam bermujahadah. Mujahadah merupakan
salah satu metode mendekatkan diri pada Sang Kholiq, bisa disebut juga sebagai
metode penunjang hafalan. Dengan bermujahdah maka sang makhluk akan semakin
dekat dengan sang kholiq sehingga apapun yang diinginkan Sang Makhluk (berhasil
menghafal al-Qur’an) akan semakin cepat dikabulkan oleh Sang Kholiq. Hal-hal
yang dibaca dalam mujahadah selasa wage merupakan surat Al-fatihah, Al-ikhlas,
Tahlil juga sholawat Ismu a’dhom.
Selasa
wage kali ini nampak beda dengan selasa wage yang lain. Adanya perkenalan
santri baru membuat prosesi Mujahadah semakin lama. Setiap santri baru yang
datang ke madrasah huffad musti memperkenalkan diri mereka, mulai dari nama,
alamat asal, asal pondok pesantren, dan hal lain yang dirasa perlu
diperbincangkan. Ajang perkenalan ini biasanya dimanfaatkan para santri baru
unutk unjuk gigi, mereka biasanya mengeluarkan karakter yang dapat menunjukkan
kualitas masing-masing. Sebagian ada yang suka memperkenalkan diri mereka
dengan menggunakan bahasa jawa, bahasa yang hampir punah pada kalangan remaja.
Sebagian lagi ada yang mencari aman yaitu menggunakan bahasa indonesia.
Kalangan santri Madrasah Huffad memang lain dari yang lain, jika pondok
pesantren lain ada yang mempertahankan adat kejawennya, Madrasah Huffad
mempersilahkan para santri untuk menunjukkan kreatifitas, bagi mereka yang suka
dengan bahasa nasional dipersilahkan mempraktekkannya dan bagi yang menyukai
bahasa lainpun tidak ada larangan.
Unik
memang, kali ini ada 33 santri baru yang memeperkenalkan diri. Jumlah segitu
merupakan rekor baru bagi Madrasah Huffad. Sebelum-sebelumnya belum pernah ada
penerimaan santri baru yang segitu banyaknya, selain kondisi Madrasah Huffad
yang menjadi komplek tervaforit juga terkenal sebagai komplek yang terkenal
sulit menerima santri baru. Bukan ada seleksi sebenarnya, tetapi masuknya
santri baru terserah oleh Romo Yai, jika beliau memandang orang yang sowan
kepada beliau merupakan orang yang pantas, maka akan beliau terima begitupun
sebaliknya. Bagi mereka yang tidak diterima biasanya disarankan untuk menempati
komplek yang lain, bisa saja komplek AB, D, J, K, Nurussalam, dan Padang jagat.
Suasana
alua Madrasah Huffad menjadi ramai setelah suasana sunyi karena khusu’
mujahadah. Perkenalan santri baru memecah kesunyian malam, berbagai macam
karakter keluar, ada yang bersuara merdu ada juga yang bersuara cempreng. Nah
suara yang cempreng inilah yang membuat santri-santri yang lain ramai akibat
menahan tawa. Soalnya para santri merasa tidak enak dengan Romo Yai jika musti
tertawa terbahak-bahak.
Satu
hal yang selalu akan diingat oleh teman-teman santri, yaitu ketika ada salah
satu santri baru yang memperkenalkan dirinya dengan mengaku-ngaku menjadi salah
satu tetangga ustad. Hal tersebut teringat bukan karena terkesan ataupun kagum
tetapi karena lucu, ustad yang bernama asli “Ulil Absor” kini disebut dengan
nama “Daum”. Memang benar sih, nama tersebut merupakan nama julukan yang
dimilikinya, bisa juga disebut sebagai nama tenar sang ustad dikalangan santri
tetapi hanya kalangan santri lama yang mengetahui julukan tersebut. Tak
disangka-sangka ternyata sang santri baru juga mengetahui julukan tersebut, dan
uniknya hal tersebut ia sebut dalam perkenalan di depan Romo Yai. Sang ustad
pun tak kuasa menahan tawa, hingga musti melarikan diri dari aula. Tak
ketinggalan para santri lain yang sedari tadi menahan tawa kini musti
melepaskan tawanya secara bersama-sama.
Mujahadah
selasa wage kali sudah terasa berbeda bagi para santri sejak sore tadi. Setiap
santri lama sudah menduka akan ada perkenalan santri baru, tidak main-main kali
ini 33 santri pasti akan berlangsung lama dan itu benar. Mujahdah selesai jam
23.30 WIB, biasanya jam 23.00 WIB itu sudah terlalu lama. Canda gurau kini tak
selesai begitu saja setelah forum selesai. Begitu santri-snatri sudah
membubarkan diri dari aula, ada sebagian yang masih teringat akan hal lucu yang
terjadi di aula tadi, hal tersebut memicu gurauan lanjutan. Momen seperti ini
memang jarang terjadi, malam mujahadah merupakan malam dimana para sntri libur
ngaji dengan romo yai, setiap santri memanfaatkan hal tersebut sebagai malam
libur yang asyik. Tiap santri sudah mempersiapakan akan melakukana apa setelah
mujahadah selesai, ada yang sudah mempersiapkan film baryu utk ditonton, ada
juga yang sudah mempersiapakan game untuk dimainkan bahkan tidak sedikit yang
sudah menyiapkan bahan-bahan makanan untuk dimasak seusai mujahadah.
Apapun
yang dilakukan oleh para santri semata-mata hanya untuk menghibur diri. Refres
otak memang diperlukan bagi kalangan santri penghafal al-Qur’an, selain
mensegarkan pikiran juga bisa merenggangkan otot-otot. Hal ini bisa membuat
semangat meghafal kembali.
3Byhq
Yogyakarta, 17-09-2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar