Senin, 23 September 2013

Bagus; Kuburan

Bertempat Tinggal di Kuburan

Anda mungkin mengira bahwa ia tinggal di daerah dekat kuburan.
Tidak! Dia tidak tinggal di daerah dekat kuburan, tapi ia tinggal di dlm kuburan itu sendiri. 

Bagaimana kisahnya? 

Anda mungkin tdk akan mempercayai kisah ini, krn pemuda ini lahir dari keluarga berada. 
Ayah dan Ibunya orang yg terpandang dan memiliki kekayaan yg berlimpah. 
Dlm pandangan masyarakat sekitar, kedua orang tua ini adalah orang tua yg sempurna,
namun orang hanya bisa menilai apa yg tampak.

Orang-orang tdk tahu bahwa kedua orang tua terpandang inilah yang memasukkan anaknya ke dlm kuburan,dan menjalani hidup selama 17 tahun di dlm kuburan!

Setiap hari, sang anak makan, minum dan tidur di dalam kuburan, yang penuh kegelapan.
Sang Anak juga hanya bisa menjalani apa yang diberikan kedua orang tuanya, tanpa perlawanan.
Menjelang ulang tahun pemuda itu yang ke-17,
orang tuanya berjanji akan mengabulkan apa pun permintaan si pemuda sebagai hadiah ulang tahunnya.

Sang pemuda berpikir, inilah saatnya dia akan mengajukan permintaannya,
ia tidak ingin lagi tinggal di kuburan, tapi apakah orang tuanya benar-benar akan mengabulkan permintaannya?

Hari itu pun tiba. Sang pemuda berulang tahun yang ke-17.
Kedua orang tuanya datang menghampiri dan menanyakan hadiah apa yang ia inginkan.
Sang pemuda menjawab, “Ayah, Ibu… saya tdk meminta banyak, saya hanya minta satu hal.” “Apa, Nak? katakanlah, Ayah dan Ibu pasti akan mengabulkan permintaanmu”

“Ayah dan Ibu berjanji?”
“Tentu, Nak. Ayah dan Ibu berjanji akan memenuhi permintaanmu, selama kami mampu.”
“Ayah… Ibu… saya tdk ingin tinggal lagi di kuburan”
“Apa? Apa maksud permintaanmu itu, Nak?”
“Ayah sudah berjanji akan mengabulkan permintaanku, dan hanya itu permohonanku, Yah.”
“Iya, Nak. Ayah sudah berjanji… tapi… tapi… Ayah tdk mengerti, Nak.”
“Ayah, sudah 17 tahun saya tinggal di sini, tapi tdk seharipun saya mendengar Ayah atau Ibu membaca Al-Quran.
Sedangkan Rasulullah pernah mengatakan bhw rumah yg tdk pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya adalah seperti kuburan.
Saya tdk ingin tinggal lagi di kuburan, Yah.”“

”Ayah dan Ibu sang pemuda terdiam.
“Ayah dan Ibu bahkan tdk pernah mengajariku bagaimana membaca Al-Quran.
Memang rumah ini mewah, besar dan org2 melihatnya sbg istana.
Tapi mereka tdk tahu, bhw di mata Rasulullah, rumah ini seperti kuburan.
Jika Ayah dan Ibu mau menepati janji mengabulkan permintaanku, tolong Yah..
Aku tdk ingin lagi tinggal di kuburan.

Ajarilah aku membaca Al-Quran, agar rumah ini bercahaya dg cahaya Al-Quran.
”Renungan di manakah kita selama ini makan, minum, tidur dan menetap? di rumahkah? di kos kah? di kontrakan kah? atau kah di kuburan?
krn Rasulullah mengibaratkan rumah yg tdk pernah dibacakan Al-Quran di dalamnya, seperti kuburan...

Rabu, 18 September 2013

3byhq: DuniaMalam Daerah IstimewaKota pelajar,itulah sebu...

3byhq: DuniaMalam Daerah IstimewaKota pelajar,itulah sebu...: Dunia Malam Daerah Istimewa Kota pelajar, itulah sebutan yang biasanya terlontar untuk daerah istimewa ini. Siang hari, setiap jalan di k...

Mujahadah 33 Santri

Mujahadah 33 Santri
Selasa wage, inilah rutinitas Madrasah Huffad dalam bermujahadah. Mujahadah merupakan salah satu metode mendekatkan diri pada Sang Kholiq, bisa disebut juga sebagai metode penunjang hafalan. Dengan bermujahdah maka sang makhluk akan semakin dekat dengan sang kholiq sehingga apapun yang diinginkan Sang Makhluk (berhasil menghafal al-Qur’an) akan semakin cepat dikabulkan oleh Sang Kholiq. Hal-hal yang dibaca dalam mujahadah selasa wage merupakan surat Al-fatihah, Al-ikhlas, Tahlil juga sholawat Ismu a’dhom.
Selasa wage kali ini nampak beda dengan selasa wage yang lain. Adanya perkenalan santri baru membuat prosesi Mujahadah semakin lama. Setiap santri baru yang datang ke madrasah huffad musti memperkenalkan diri mereka, mulai dari nama, alamat asal, asal pondok pesantren, dan hal lain yang dirasa perlu diperbincangkan. Ajang perkenalan ini biasanya dimanfaatkan para santri baru unutk unjuk gigi, mereka biasanya mengeluarkan karakter yang dapat menunjukkan kualitas masing-masing. Sebagian ada yang suka memperkenalkan diri mereka dengan menggunakan bahasa jawa, bahasa yang hampir punah pada kalangan remaja. Sebagian lagi ada yang mencari aman yaitu menggunakan bahasa indonesia. Kalangan santri Madrasah Huffad memang lain dari yang lain, jika pondok pesantren lain ada yang mempertahankan adat kejawennya, Madrasah Huffad mempersilahkan para santri untuk menunjukkan kreatifitas, bagi mereka yang suka dengan bahasa nasional dipersilahkan mempraktekkannya dan bagi yang menyukai bahasa lainpun tidak ada larangan.
Unik memang, kali ini ada 33 santri baru yang memeperkenalkan diri. Jumlah segitu merupakan rekor baru bagi Madrasah Huffad. Sebelum-sebelumnya belum pernah ada penerimaan santri baru yang segitu banyaknya, selain kondisi Madrasah Huffad yang menjadi komplek tervaforit juga terkenal sebagai komplek yang terkenal sulit menerima santri baru. Bukan ada seleksi sebenarnya, tetapi masuknya santri baru terserah oleh Romo Yai, jika beliau memandang orang yang sowan kepada beliau merupakan orang yang pantas, maka akan beliau terima begitupun sebaliknya. Bagi mereka yang tidak diterima biasanya disarankan untuk menempati komplek yang lain, bisa saja komplek AB, D, J, K, Nurussalam, dan Padang jagat.
Suasana alua Madrasah Huffad menjadi ramai setelah suasana sunyi karena khusu’ mujahadah. Perkenalan santri baru memecah kesunyian malam, berbagai macam karakter keluar, ada yang bersuara merdu ada juga yang bersuara cempreng. Nah suara yang cempreng inilah yang membuat santri-santri yang lain ramai akibat menahan tawa. Soalnya para santri merasa tidak enak dengan Romo Yai jika musti tertawa terbahak-bahak.
Satu hal yang selalu akan diingat oleh teman-teman santri, yaitu ketika ada salah satu santri baru yang memperkenalkan dirinya dengan mengaku-ngaku menjadi salah satu tetangga ustad. Hal tersebut teringat bukan karena terkesan ataupun kagum tetapi karena lucu, ustad yang bernama asli “Ulil Absor” kini disebut dengan nama “Daum”. Memang benar sih, nama tersebut merupakan nama julukan yang dimilikinya, bisa juga disebut sebagai nama tenar sang ustad dikalangan santri tetapi hanya kalangan santri lama yang mengetahui julukan tersebut. Tak disangka-sangka ternyata sang santri baru juga mengetahui julukan tersebut, dan uniknya hal tersebut ia sebut dalam perkenalan di depan Romo Yai. Sang ustad pun tak kuasa menahan tawa, hingga musti melarikan diri dari aula. Tak ketinggalan para santri lain yang sedari tadi menahan tawa kini musti melepaskan tawanya secara bersama-sama.
Mujahadah selasa wage kali sudah terasa berbeda bagi para santri sejak sore tadi. Setiap santri lama sudah menduka akan ada perkenalan santri baru, tidak main-main kali ini 33 santri pasti akan berlangsung lama dan itu benar. Mujahdah selesai jam 23.30 WIB, biasanya jam 23.00 WIB itu sudah terlalu lama. Canda gurau kini tak selesai begitu saja setelah forum selesai. Begitu santri-snatri sudah membubarkan diri dari aula, ada sebagian yang masih teringat akan hal lucu yang terjadi di aula tadi, hal tersebut memicu gurauan lanjutan. Momen seperti ini memang jarang terjadi, malam mujahadah merupakan malam dimana para sntri libur ngaji dengan romo yai, setiap santri memanfaatkan hal tersebut sebagai malam libur yang asyik. Tiap santri sudah mempersiapakan akan melakukana apa setelah mujahadah selesai, ada yang sudah mempersiapkan film baryu utk ditonton, ada juga yang sudah mempersiapakan game untuk dimainkan bahkan tidak sedikit yang sudah menyiapkan bahan-bahan makanan untuk dimasak seusai mujahadah.
Apapun yang dilakukan oleh para santri semata-mata hanya untuk menghibur diri. Refres otak memang diperlukan bagi kalangan santri penghafal al-Qur’an, selain mensegarkan pikiran juga bisa merenggangkan otot-otot. Hal ini bisa membuat semangat meghafal kembali.
3Byhq

Yogyakarta, 17-09-2013

Galau

Galau
Sebut saja namanya Joko. Sebenarnya nama lengkapnya Jonatan Wibaskoro tetapi teman-teman sebayanya sering memanggil dengan panggilan akrab Joko. Joko ini pemuda yang berusia 19 tahun, sudah setahun ini ia tidak melanjutkan studynya ke jenjang perkuliahan. Bukan karena ekonomi yang tak memadahi tetapi memang karena belum punya niatan untuk terus maju mencari tambahan nama menjadi S.Pd atau pun S yang lainnya.
Hari demi hari joko lalui dengan berada di rumah. Ia tak perlu mencari kesibukan lain karena orang tuanya mempunyai sebuah peternakan ayam dan kolam ikan yang siap ia kelola. Tiap pagi joko selalu memberi makan ayam dan ikannya, kemudian sedikit membersihkan lingkungan sekitar kandang dan kolam, tepat pukul 09.00 WIB biasanya joko beristirahat. Sembari ditemani secangkir kopi dan sebungkus rokok, joko duduk-duduk di depan komputernya, jari-jemarinyapun asyik bergoyang kesana kemari di atas keybort. Setelah sejam berlalu, pasti joko akan menghentikan kebiasaannya tersebut kemudian sarapan dan membersihkan diri. Tepat pukul 11.30 WIB biasanya joko sudah selesai melakukan aktifitas paginya.
Hari ini nampak tak seperti biasanya, Joko terus terdiam dalam kamar sejak subuh tadi, bukan karena sakit ataupun ada kesibukan yang lain. Kemarin merupakan hari dimana Joko musti merayakan hari jadinya dengan sang pujaan hati, begitu joko sudah bertemu dengan pujaan hatinya bukan kesenangan yang didapat tetapi kebalikannya. Sang pujaan hati joko mengatakan padanya bahwa ia sudah dilamar orang dan akan segera menikah. Rani sebenarnya sudah menolak tetapi kedua orang tuanya memaksanya, bahkan sudah menerima lamaran dari Pak lurah. Dengan berat hati Rani musti mengikuti keinginan orang tuanya. Hati joko seakan remuk, hancur berkeping-keping, seolah tidak ada gunanya lagi ia hidup.
Sudah seharian ini joko tidak berbicara dengan seisi rumah, hanya terdiam di dalam kamar. Dalam kesendiriannya joko menulis sebuah luapan perasaannya di atas secarik kertas.
Hidup..., untuk apa manusia ini hidup? Hidup manusia tak selamanya sesuai apa yang diinginkannya kan?
Hancur..., hati manusia ini telah hancur? Apa mungkin hati yang kokoh ini bisa hancur hanya dengan begini?
Suram..., masa depan manusia ini suram? Masak sih ia, manusia ini akan suram hidupnya?”
Seusai menulis itu semua, joko kemudian melipat kertas tersebut menjadi beberapa. Lipatan kertas tersebut lalu ia masukkan dalam sebuah buku, tapat disebelah buku tersebut ada Al-Qur’an tarjamah. Joko mengambil kitab suci tersebut, seakan sudah disetting, begitu awal membuka, yang  pertama ia baca adalah surat ad-dzariyat ayat 56. Seketika itu pula joko membaca artinya “Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” Hati joko seakan menemukan obat pelipur lara. Kemudian joko sengaja membuka lebaran yang lain, kali ini ia menemukan surat Annisa’. Ayat pertanya surat tersebut menjadi obat hati yang kedua, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari diri yang satu, dan daripadanya Allah menciptakan istrinya; dan daripada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturahmi. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.
“mungkin inilah yang dinamakan belum jodoh.” Itulah ungkapan hati joko sesaat setelah menyelesaikan membaca ayat tersebut.
Keesokan harinya joko kembali segar, senyum bahagianya kini memenuhi setiap sudut rumahnya. Aktifitas pagi yang selalu ia kerjakan tiap hari kini sudah terselelsaikan, bahkan lebih awal dari biasanya. Hati joko semakin bertambah riang ketika novel buatannya sudah diselesaikan. Novel yang setahun terakhir ini ia geluti bersama sebuah komputer butut kini telah ia tawarkan ke penerbit lokal. Alahkan beruntungnya joko, penerbit tersebut amat menyukai novelnya, cerita cintanya yang begitu menyentuh membuat air mata sang penerbit menetes, alur cerita yang begitu runtut, gaya bahasa yang enak difahami, bahkan penggambaran tokoh-tokoh yang jelas dan pesan-pesan yang begitu bijak muncul dalam novel tersebut.
Dengan hasil terbitan novelnya itu joko mendaftar kuliah di salah satu universitas negeri di daerahnya. Ia mengambil jurusan bahasa dan sastra indonesia. Begitu pertama kali masuk kuliah ia melihat sesosok makhluk yang beda dengan yang lainnya. Tutur kata yang lembut, tubuh sedang, senyum manisnya yang membuat setiap orang kagum dan yang membuat joko menganggap ia benar-benar beda adalah wanita tersebut dapat membuat joko semangat kuliah.
3Byhq
Yogyakarta, 15-09-2013


Jumat, 13 September 2013

Santri Anti Galau

Santri Anti Galau
Tok..tok..., suara pintu kamar diketuk. Begitu pintu membuka, nampak hadir di depan Budi seorang teman yang telah rapi. Sya’ron, teman budi berpamitan ingin pergi. Tidak seperti biasanya, kali ini semua pakaian yang ada dilemarinyapun ikut dikemas dalam sebuah koper besar. Budi yang sedari tadi tiduran kini mulai beranjak dari tempatnya, ia seakan tidak percaya jika temannya itu ingin pergi meninggalannya. Teman seangkatan masuk sebuah pondok pesantren kini musti boyong lebih dulu. Patner ngantri ngaji kini telah berpamitan untuk menuju persinggahan yang lain. Budi hanya bisa terdiam, tak mengeluarkan kata apapun selain bertanya “apakah hal ini benar, tidak mimpikan?”. “Benar, ini tidak mimpi. Aku akan pindah ke luar jawa.” Jawab singkat Sya’ron.
Budi merupakan salah seorang mahasiswa UIN Sunan Kalijaga. Selain berstatus sebagai mahasiswa ia juga berstatus sebagai santri, tepatnya santri PonPes Almunawwir Krapyak Yogyakarta. Madrasah Huffad 1 merupakan komplek yang ditempati Sya’ron dan Budi. Mereka berdua sudah dua tahun berada di PonPes tersebut. Dalam dua tahun tersebut, banyak hal yang telah dilalui mereka dalam proses menghafal Al-qur’an. Khatam 30 juz merupakan target mereka berdua, sayangnya budi kalah cepat dalam mencapi target. Sya’ron yang kesehariannya dihabiskan di pondok, membuat ia lebih cepat mengkhatamkan Al-Qur’an ketimbang budi. Sya’ron merupakan salah satu mahasiswa Ma’had Ally Almunawwir.
Aktifitas Budi sebagai mahasiswa UIN, mengharuskan Budi untuk membagi waktu antara berada di PonPes dengan berada di kampus. Jarak kampus Budi dengan PonPes lumayan jauh, berbeda dengan Sya’ron. Ma’had Ally merupakan semacam kelas pengkajian kitab-kitab kuning secara mendalam, selain itu juga mempelajari katab-kitab tebal di PonPes. Inilah yang membedakan mereka. Meski Sya’ron berstatus mahasiswa tetapi tetap saja mahasiswa yang masih belajar dalam satu naungan PonPes sedangkan Budi merupakan mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, yaitu lembaga yang berbeda dengan PonPes Almunawwir.
Sehari setelah kepergian Sya’ron, Budi baru mengetahui bahwa temanya itu pindah ke                 Maroko, itu pun berkat informasi yang diberikan oleh teman sekamar Sya’ron. Sya’ron memang jarang bercerita banyak dengan Budi. Teman Budi yang satu ini merupakan teman yang nampak berbeda dengan yang lainnya. Sedikit bicara banyak bertindak, inilah yang seakan menjadi semboyan Sya’ron. Seorang teman yang telah menjabat sebagai seksi pendidikan ini sering kali mengajak teman-teman yang lain untuk ngantri ngaji. Berangkat awal dan pulang paling akhir senantiasa menjadi ciri khas Sya’ron, sampai-sampai banyak kalangan santri yang menyebutnya sebagai santri anti galau. Tiap santri hanya bisa bertahan beberapa jam dalam menghafal, berbeda dengan Sya’ron, ia bisa sampai berjam-jam.
Dalam hati Budi hanya bisa menyesal dan merasa betapa ruginya ia. Waktu dua tahun ternyata  bisa membuat temannya khatam sedangkan ia 10 juz pun belum lancar. Berbeda semangat memang membuat jarak yang berbeda antara mereka. Santri anti galau itu senantiasa menghabiskan waktunya dengan mushaf, sedangkan budi hanya bisa menghabiskan waktunya dengan laptop maupun HP, mushaf hanya dipegang beberapa jam dalam tiap harinya. Pernah suatu hari budi mencoba meniru Sya’ron, yaitu ngaji  berjam-jam dalam sehari ternyata tidak genap satu minggu budi tidak bisa bertahan. Istiqomah santri anti galau memang patut diacungi jempol oleh Budi. Hal yang dilakukan Sya’ron selama dua tahun itu terbayarkan beserta bunganya. Kini Sya’ron telah terbang menuju Maroko untuk melanjutkan studi sebagai mahasiswa yang mendapat beasiswa dari negara dan asyiknya kini juga ia telah berhasil khatam 30 juz sesuai dengan mimpinya.
3Byhq

Yogyakarta, 13-09-13

Rabu, 11 September 2013

Idul Adha Tiba

Idul Adha Tiba
Yogyakarta, kota istimewa ini selalu merayakan hari besar tersebut dengan diadakan arak-arakan gundukan. Gundukan makanan yang nantinya dibagikan kepada masyarakat merupakan simbol betapa makmurnya daerah tersebut. Demak, kota yang sering disebut sebagai kota wali ini juga memiliki tradisi yang hampir serupa. Tradisi mengarak Ontokusumo, baju kebesaran Sunan Kalijaga. Pengarakan tersebut dilakukan guna mencuci baju kebesaran tersebut. Masing-masing perayaan berlangsung begitu hikmat. Tiap warga seakan menjadikan momen tersebut bagaikan karnval tahunan yang diselenggarakan oleh pemerintah setempat.
Berbagai macam kalangan rakyat amat menunggu momen menggemberikan tersebut. Para penjual aneka camilan dan minuman kerap kali memanfaatkan momen tersebut sebagai ajang pencetak uang dengan cepat. Tak ketinggalan penjual mainanpun membuka lapak pada setiap sudut-sudut jalan, sembari menunggu pelanggan yang tertarik dengan mainan yang ia pajang, ia turut menikmati upacara pengarakan dengan penuh hikmat.
Kali ini idul adha sudah di depan mata. Segala persipan tentunya sudah dimatangkan oleh para panitia penyelenggara. Bahakan bukan cuma panita yang melaukan persiapan, setiap warga setempat pun melakukan hal yang sama. Dari memulai menyiapkan barang-barang yang kan dijual di sana hingga mempersiapakan diri supaya bisa menghadirinya.
Satu hal lagi yang cukup menarik perhatian mata. Idul adha merupakan hari raya yang disunnahkan berqurban, untuk itu banyak orang yang melakukan qurban pada hari tersebut. Memang sih qurban bisa dilakukan hingga tiga hari setelah hari H (Tanggal 10 dhul hijjah) nya, tetapi tak sedikit orang yang memilih untuk berqurban di hari H. Berqurban tepat di hari H mempunyai unsur kepuasan tersendiri, selain masih banyak sanak saudara yang berkumpul juga bertepatan dengan hari libur nasional. Hari dimana setiap orang bisa membantu prosesi penyembelihan hewan qurban. Hari dimana setiap orang masih banyak yang memburu daging qurban, hingga memudahkan pembagian, menjadi hari pilihan yang dianggap paling tepat bagi para pengqurban. Sebenarnya pada tanggal 11 hingga 13pun masih diperbolehkan berqurban, bahkan pahalanyapun tidak berkurang jika berqurban di hari tersebut.
HQ