Iman, Islam dan Ihsan
BAB I
I.
Pendahuluan
Setiap manusia yang diciptakan oleh Allah pastilah tidak sia – sia
begitu saja tentu ada sebuah hak dan kewajiban yang harus dilaksanakan oleh
mereka. Hidup cuma sekali matipun sekali untuk itu setiap individu haruslah
dapat memanfaatkan waktunya semasa hidup di dunia, manusia diciptakan untuk
beriman dan beribadah kepada Allah dan hal ini sudah menjadi kewajiban bagi
setiap individu yang ada sejak dilahirkan hingga mencapai ke liang lahat.
Kita semua tentu tahu bahwa segala sesuatu yang dilakukan oleh
manusia haruslah didasari dengan ilmu bila mereka menginginkan apa yang
dilakukan tidak sia – sia. Oleh karenanya sebelum seseorang menjalankan iman,
islam dan ihsan sebaiknya mengetahui akan ketiga hal tersebut, bila ketiga hal
tersebut telah diketahui tentunya akan dengan mudah seseorang tersebut
menjalankan iman, islam, dan ihsan seperti halnya sebelum kita menuju sebuah
tempat terlebih dahulu kita harus mengetahui mana jalan yang harus kita laluhi
supaya kita tidak tersesat menuju tujuan tersebut apabila memang belum
mengetahui haerus menempuh jalan mana dan kita tetap harus menuju tempar
tersebutkarena ada sesuatu yang pengting maka kita harus bertanya dengan
seseorang, itu adalah sikap yang wajar yang dilakukan oleh manusia. Kali ini
saya akan mencoba menjadi orang yang ditanyai demi membantu orang yang tersesat
tentunya dalam kaitan penjelasan mengenai iman, islam dan ihsan.
II.
Rumusan masalah
a.)
Apakah
iman, islam dan ihsan itu?
b.)
Bagaimana
penjabarannya?
c.)
Bagaimana
keadaan ketiga hal tersebut saat ini?
BAB II
I.
Pembahasan
A.
Pengertian
Iman, Islam dan Ihsan
عن عمر بن الخطاب رضي
الله عنه قال : بينما نحن جلوس عند رسول الله صلى الله عليه وسلم ذات يوم إذ طلع
علينا رجل شديد بياض الثياب شديد سواد الشعر , لا يرى عليه أثر السفر , ولا يعرفه
منا أحد حتى جلس إلى النبي صلى الله عليه وسلم فأسند ركبته إلى ركبتيه ووضح كفيه
على فخذيه , وقال : يا محمد أخبرني عن الإسلام , فقال رسول الله صلى الله عليه
وسلم " الإسلام أن تشهد أن لا إله إلا الله وأن محمدا رسول الله وتقيم الصلاة
وتؤتي الزكاة وتصوم رمضان وتحج البيت إن استطعت إليه سبيلا " قال صدقت فعجبا
له يسأله ويصدقه , قال : أخبرني عن الإيمان قال " أن تؤمن بالله وملائكته
وكتبه ورسله واليوم الآخر وتؤمن بالقدر خيره وشره " قال : صدقت , قال :
فأخبرني عن الإحسان , قال " أن تعبد الله كأنك تراه ,فإن لم تكن تراه فإنه
يراك " قال , فأخبرني عن الساعة , قال " ما المسئول بأعلم من السائل
" قال فأخبرني عن اماراتها . قال " أن تلد الأمة ربتها وأن ترى الحفاة
العراة العالة رعاء الشاء يتطاولون في البنيان " . ثم انطلق فلبث مليا , ثم قال " يا عمر , أتدري من السائل
؟" , قلت : الله ورسوله أعلم , قال " فإنه جبريل أتاكم يعلمكم دينكم
" رواه مسلم
Artinya:
Dari Umar bin Al-Khathab radhiallahu 'anh, dia berkata: ketika kami tengah
berada di majelis bersama Rasulullah pada suatu hari, tiba-tiba tampak
dihadapan kami seorang laki-laki yang berpakaian sangat putih, berambut
sangat hitam, tidak terlihat padanya tanda-tanda bekas perjalanan jauh dan
tidak seorangpun diantara kami yang mengenalnya. Lalu ia duduk di hadapan
Rasulullah dan menyandarkan lututnya pada lutut Rasulullah dan meletakkantangannya
diatas paha Rasulullah, selanjutnya ia berkata," Hai Muhammad,beritahukan
kepadaku tentang Islam " Rasulullah menjawab,"Islam itu
engkau bersaksi bahwa sesungguhnya tiada Tuhan selain Alloh dan sesungguhnya
Muhammad itu utusan Alloh, engkau mendirikan sholat, mengeluarkan zakat,
berpuasa pada bulan Romadhon dan mengerjakan ibadah haji ke Baitullah jika
engkau mampu melakukannya." Orang itu berkata,"Engkau benar,"
kami pun heran, ia bertanya lalu membenarkannya Orang itu berkata lagi," Beritahukan
kepadaku tentang Iman" Rasulullah menjawab,"Engkau beriman kepada
Alloh, kepada para Malaikat-Nya, Kitab-kitab-Nya, kepada utusan-utusan Nya,
kepada hari Kiamat dan kepada takdir yang baik maupun yang buruk" Orang
tadi berkata," Engkau benar" Orang itu berkata lagi," Beritahukan
kepadaku tentang Ihsan" Rasulullah menjawab,"Engkau beribadah
kepada Alloh seakan-akan engkau melihat-Nya, jika engkau tidak dapat
melihatnya, sesungguhnya Dia pasti melihatmu." Orang itu berkata
lagi,"Beritahukan kepadaku tentang kiamat" Rasulullah menjawab,"
Orang yang ditanya itu tidak lebih tahu dari yang bertanya." selanjutnya
orang itu berkata lagi,"beritahukan kepadaku tentang tanda-tandanya"
Rasulullah menjawab," Jika hamba perempuan telah melahirkan tuan puterinya,
jika engkau melihat orang-orang yang tidak beralas kaki, tidak berbaju, miskin
dan penggembala kambing, berlomba-lomba mendirikan bangunan." Kemudian
pergilah ia, aku tetap tinggal beberapa lama kemudian Rasulullah berkata
kepadaku, "Wahai Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya itu?" Saya
menjawab," Alloh dan Rosul-Nya lebih mengetahui" Rasulullah
berkata," Ia adalah Jibril, dia datang untuk mengajarkan
kepadamu tentang agama kepadamu" [ H.R
Muslim no. 8 ]
Dari
hadits di atas dapat diambil kesimpulan bahwa islam dan
iman adalah dua hal yang berbeda, baik secara bahasa maupun syari’at.
Namun terkadang, dalam pengertian syari’at, kata islam dipakai dengan makna
iman dan sebaliknya. Ketiga hal tersebut sebenarnya merupakan hal yang amat
penting dalam beribadah kepada Allah, tanpanya ibadah kita tak ada gunanya.
Bila kita disuruh menjelaskan secara detail mengenahi hal tersebut pastinya
semua tinta yang ada tak akan cukup untuk menuliskan penjelasan tersebut dalam Alqur’anpun tidak cukup hanya satu
surat untuk menjelaskan apakah sebenarnya iman itu, dimulai dari surat Al
Baqoroh ayat 143, Al Anfal 2-4, surat An Nur 62 dan seterusnya.[1] Secara
simpelnya dapat dimengerti bahwa iman adalah percaya, islam adalah perwujudan
dari kepercayaan tersebut, ihsan adalah tindak lanjut dari keduanya bisa
dibilang juga tingkatan ikhlas sepenuh hati dalam beribadah kepadaNYA.
B.
Perluasan Mengenai
Konsep Iman, Islam dan Ihsan
Sebagai mana telah kita
ketahui bahwa konsep iman, islam dan ihsan adalah berkelanjutan atau
berkesinambungan, oleh karena itu apabila seseorang telah mencapai pada tahap
yang pertama janganlah berhenti sampai situ tetapi harus dilanjutkan sampai
tahap yang ke tiga yaitu ihsan. Konsep ihsan merupakan konsep kesejatian dalam
beribadah kepada Allah SWT, orang yang sudah mencapai maqom ini saat melakukan
ibadah tiada rasa pamrih entah itu demi mendapat pahala atau pujian dari teman
sebaya yang ada hanyalah ikhlas untuk Allah tanpa menghiraukan akan mendapat
pahala atau tidak.
Sekarang bagaimana
caranya agar kita bisa mencapai maqom seperti ini tergantung pada sikap dan
kepribadian kita masing - masing. Adapun beberapa tip dari pemakalah yaitu:
a. Rasa takut dan harap
Berikut akan kami paparkan
sebuah perkataan Al Ghazali (versi indonesia) yang insyaallah akan menjelaskan
argumen kami mengenahi cara mencapai maqam tertinggi dalam ketiga hal di atas :
“Rasa takut dan harap merupakan sebuah sayap yang dengan keduanya inilah
orang – orang yang dekat dengan Allah terbang mencapai setiap maqam yang
terpuji. Keduanya adalah kendaraan untuk melewati setiap rintangan berat dalam
perjalanan menuju akhirat. Tidak ada yang bisa menuntun ke dekat Tuhan Yang
Maha Pengasih – jika dia sendiri jauh dari jalur, berat beban, dan diliputi
oleh hal – hal yang tidak disukai hati dan memberatkan anggota badan – kecuali
secercah harapan. Tidak ada hal yang dapat menghalangi neraka jahim dan siksa
yang pedih jika dia sendiri diliputi oleh berbagai syahwat dan kelezatan –
kecuali cemeti ancaman. Karena itu, diperlukan penjelasan tentang hakikat kedua
hal ini dan jalan untuk bisa menghimpun keduanya sekalipun keduanya merupakan
dua hal yang kontradiktif.”[2]
b. Mengurangi berbuat dosa atau menekan hawa nafsu
Kita tentu telah
mengetahui bahwa manusia diciptakan selain lengkap dengan akal juga diberi
nafsu (rasa senang akan sesuatu) dimana bila sebuah nafsu dilakukan secara
terus menerus tanpa adanya penekanan atau perlawanan dari kita maka kita
termasuk orang – orang yang rugi. Adapun macam – macam hawa nafsu yang tertera
dalam Al-Qur’an ada 7 tepatnya pada surat Ali Imron ayat 14 yaitu: Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa
yang diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik
(surga). Ini adalah hal – hal yang perlu kita waspadahi jangan
sampai kita terjerumus ke neraka hanya gara – gara menyenangi dan mengikuti hal
– hal diatas.[3]
Menurut pemakalah cukup
dua hal ini saja yang perlu dilakukan oleh muda mudi terutama manusia di zaman
sekarang. Semisal dua saran diatas sudah terlaksana dengan cukup baik dijamin
maqom Iman, Islam, dan Ihsan telah benar – benar difahami dan dijalankan dengan
cukup baik, meskipun konsep yang ditawarkan oleh pemakalah kurang begitu
lengkap dan sempurna tetapi itu tidak membuat perkara itu janggal untuk
dilakukan.
C.
Studi Kasus
Kita tentu mengetahui bagaimana keadaan manusia zaman sekarang terutama
muda – mudi. Mengapa yang disorot oleh pemakalah adalah muda – mudi kerena
merekalah yang cenderung melupakan atau belum mengetahui bagaimana sebenarnya
pelaksanaan dari iman, islam dan ihsan. Lihat saja para pemuda disekitar kita
banyak yang melalaikan kewajiban bahkan banyak yang melarang pantangan agama
hal ini disebabkan kekurang praktekan mereka akan konsep iman, islam dan ihsan.
Banyk yang minum minuman keras ngakunya islam, tidak solat ngakunya islam,
puasa males ngakunya islam, berzina ngakunya islam, perpelukan dengan yang
bukan muhrim ngakunya islam, berduaan di tempat sepi (khalwat) ngakunya islam?
Apa ini sebenarnya islam pada zaman sekarang ?
Pemakalah tidak memungkiri akan adanya muda – mudi yang tidak bersifat
seperti demikian tetapi sangat jarang. Para pemuda mempunyai berbagai begron
(latar belakang) tetapi anehnya yang dulunya jebolan pesantrenpun bisa tergiur
dengan hal – hal yang tidak islami hanya gara – gara bergaul dengan anak yang
bukan pesantren. Ibarat burung yang lepas dari sangkar, itulah alasan mereka
yang melakukan demikian. Dulu sewaktu di pesantren mau begini begitu tidak
boleh kini setelah keluar mau bertindak sesukanya, Astagfirullah semoga hal
yang demikian tidak terjadi pada para pembaca sekalian. Kalu pemakalah boleh
bilang hal yang demikian telah disebutkan kok bisa terjadi karena mereka belum
mempraktekkan konsep ihsan dalam hidup jadi mereka hanya sekedar mempraktekkan
konsep iman dan berhenti pada konsep islam sehingga mereka sampai – sampainya
berbuat yang demikian. Allah maha pengampun atas segala dosa, inilah dalil yang
sering terucap dari mulut para pelaku.
Sebenarnya apabila konsep ihsan sudah tertancap pada diri masing – masing
orang islam tentunya kesejahteraanlah yang bakalan muncul dalam masyarakat dan
keikhlasanlah yang muncul dalam beribadah pada Tuhan Yang Maha Esa, dengan
modal menjalankan ketiga konsep ini dalam kehidupan sehari – hari pastilah tak
ada orang yang berani berbuat maksiat apalagi murtad. Yakin dengan adanya Tuhan
dan segala kehendaknyalah merupakan modal utama orang islam dalam sukses
kehidupan baik dunia maupun akhirat. Satu hal lagi yang perlu diketahui bahwa
dengan orang percaya dan cinta kepada Allah dan Rosulnya seseorang tersebut
akan mendapatkan manisnya iman, adapun secara lengkapnya bisa menyimak hadits
berikut:
صحيح
البخاري - (ج 1 / ص 26 (
15 - حَدَّثَنَا
مُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى قَالَ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْوَهَّابِ الثَّقَفِيُّ
قَالَ حَدَّثَنَا أَيُّوبُ عَنْ أَبِي قِلَابَةَ عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ
اللَّهُ عَنْهُ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
ثَلَاثٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ وَجَدَ حَلَاوَةَ الْإِيمَانِ أَنْ يَكُونَ اللَّهُ
وَرَسُولُهُ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِمَّا سِوَاهُمَا وَأَنْ يُحِبَّ الْمَرْءَ لَا
يُحِبُّهُ إِلَّا لِلَّهِ وَأَنْ يَكْرَهَ أَنْ يَعُودَ فِي الْكُفْرِ كَمَا
يَكْرَهُ أَنْ يُقْذَفَ فِي النَّارِ
Dari Anas bin Malik ra dari Nabi saw bersabda tiga
hal seseorang akan memperoleh manisnya iman; ketika seorang hamba menjadikan
Allah dan rasul-Nya lebih dicintainya dari selain keduanya, ketia ia mencintai
seseorang hanya karena Allah, dan ketika ia membenci untuk kembali kepada
kekufuran sebagaimana ia benci akan dicampakkan ke dalam neraka.
II.
Penutup
Demikianlah penjelasan dari pemakalah
mengenahi iman, islam dan ihsan bila ada hal yang bisa diambil manfaat maka
jangan segan segan mengambil manfaat darinya bila merasa kurang puas denganm
penjelasan tersebut para pembaca bisa mempelajari sendiri dalam referensi yang
kami tampilkan. Tentunya pasti ada kekurangan dari makalah yang dipapakarkan
oleh pemakalah untuk itu pemakalah memohon maaf atas segala kesalahan dan
kekeliruan yang ada dalam makalah ini.
Daftar Kepustakaan
Hawwa,Sa’id,
Intisari Ihya’ Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa, Jakarta: Robbani
Press, 2005.
Mahali,
A. Mudjab, Konsepsi Manusia Sempurna Kajian Tentang Iman, Islam, dan Ihsan,
Jakarta: Pustaka Al Husna, 1987.
Muhammad,
Al alamah Jalaludin dan Jalaludin Abdurrahman, Tafsir Al-Qur’an Al-Karim,
Surabaya: Darul Ilmi, ttb.
Efendi
, Sofyan, HaditsWeb disusun sejak tanggal 27 Maret 2006.
[1] A.
Mudjab Mahali, Konsepsi Manusia Sempurna Kajian Tentang Iman, Islam, dan
Ihsan, Jakarta: Pustaka Al Husna, 1987, hlm. 37-46
[2] Sa’id
Hawwa, Intisari Ihya’ Ulumuddin Al-Ghazali Mensucikan Jiwa, Jakarta:
Robbani Press, 2005, hlm. 342
[3] Al
alamah Jalaludin Muhammad dan Jalaludin Abdurrahman, Tafsir Al-Qur’an
Al-Karim, Surabaya: Darul Ilmi, hlm. 48